Krisis Femisida

Apa kabar perempuan?




 Gambar : perempuan mahardika

PMII Rayon Farid Esack mengadakan diskusi yang dilaksanakan di rumah pergerakan rayon Farid Esack pada hari Jum’at 11 Oktober 2024. Diskusi ini diikuti oleh anggota dan pengurus Rayon Farid Esack. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian pra menulis yang merupakan gagasan dari devisi Litbang (Penelitian dan Pengembangan, Rayon Farid Esack). Kegiatan ini bertujuan untuk memantik sahabat sahabati dalam diskusi kemudian mencatat hasil diskusi lalu mengemas hasil pemikiran dalam bentuk tulisan essay. Pada sesi ini rayon Farid Esack mendatangkan pemateri yang hebat yaitu Ibu Walida Asitasari M,Psi, Psikolog. 

Kegiatan ini di mulai pukul 10.00 WIB diawali dengan pembukaan dari moderator. Moderator memberikan prawacana terkait topik diskusi yang akan di bahas bersama. Moderator menyampaikan urgensi dari isu Femisida hari ini mejadi perhatian khusus, yang mana kebanyakan yang menjadi korban adalah pihak perempuan. Sebelum kegiatan ini berlangsung, salah satu anggota litbang telah membuat video pendek yang menjelaskan garis besar dari krisis femisida. Hal ini tentu saja upaya yang cukup strategis dalam mengemas diskusi yang menarik. 

Setelah itu, moderator menyerahkan forum pada pemateri. Pemateri memulai diskusi dengan menanyakan apa yang diketahui peserta ketika medengar kata “Femisida”. Sebagian besar peserta langsung menjawab secarabergantian, mereka memaknai sebagai tindak kekerasan, pelecehan, pembunuhan dan masih banyak lagi. Hal ini yang menyebabkan forum diskusi menjadi lebih hidup, Setelah itu pemateri melnjutkan dengan memberikan ilmu mengenai femisida. Awal mula muncul Femisida karena akibat dari Covid-19. Karena pada saat itu Indonesia mengalami krisis ekonom. Pada masa peralihan dari suasana Covid menuju new normal secara psikologi manusia akan menglami fase heroic. 

Pemateri memaparkan pemahaman terkait gender, bawasannya laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama. Setelah mengelupasi beberapa elemen yang berkaitan dengan Femisida pembahasan semakin mengerucut pada topik diskusi. Pemateri menjelaskan secara historis dan siapa pemilik pemikiran Femisida. Pengarang feminis Diana E. H. Russell merupakan salah satu pionir awal dari istilah tersebut, dan ia mendefinisikan kata tersebut sebagai "pembunuhan perempuan oleh laki-laki karena mereka adalah perempuan". Pemateri meminta peserta untuk mencari berbagai kasus femisida di wilayah Ponorogo dan tempat tinggal masing-masing peserta. Adapun beberapa penyebab Femisida yang dipaparkan pemateri adalah ketersinggungan maskulinitas, gender, pembunuhan, dan sakit hati. Setelah memahami secara mendalam perlu adanya tindak lanjut yang kongkrit dalam mengambil sebuah sikap. Pengarusutamaan Femisida yang telah dilaksanakan pada tahun 2021 hingga saat ini, maka perlu adanya gerakan untuk memerangi krisis femisida. Lalu, bagaimana perempuan dan laki laki berperan?. Hubungan laki-laki dan perempuan harus ketersalingan bahkan harus dilandasi sebuah kepekaan. Maka Femisida terjadi karena budaya yang dipengaruhi oleh relasi kekuasaan dan hubungan.

Pada sesi terakhir pukul 11.30 WIB diskusi pemateri menyampaikan terkait kepenulisan essay yang nantinya akan menjadi rencana tindak lanjut diskusi. Peserta dengan mudah menyampaikan topik yang akan mereka dalami dan memanifestasikan dalam bentuk tulisan yang nantinya akan diterbitkan pada buliten Belukar Rayon Farid Esack. Sebagai penutup pemateri berpesan “Ketika kita menyadari suatu isu, kita tidak harus membuat pergerakan secara besar-besaran. Membuat forum diskusi adalah tindakan kesadaran awal yang baik”.

#PMII
#PMIIRayonFaridEsack
#PMIIKomosariatIAINPonorogo
#StopKekerasanSeksual
#KetersalinganPerempuandanLakilaki
#membaca
#diskusi
#menulis

Penulis : Adelia Nugraheni 
Editor : Nanda Rizqi 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELANTIKAN RAYA PMII SE-KOMISARIAT IAIN PONOROGO

PENTINGNYA ADVOKASI GENDER DALAM RANAH MEDIA SOSIAL, PR. PMII RAYON FARID ESACK KEMBALI ADAKAN WEBINAR NASIONAL